“Kadang kita tidak perlu mencari jalan baru, cukup berhenti sejenak di jalan yang sama dan melihatnya dengan hati yang baru.”
Beberapa waktu lalu, aku berjalan kaki menyusuri gang sempit di sebuah kota tua. Suasananya jauh dari hiruk-pikuk kota besar: sepeda tua terparkir malas, tembok penuh lumut, dan suara langkah kaki sendiri yang terdengar begitu jujur. Tak ada yang mendesak, tak ada notifikasi. Hanya aku, udara pagi, dan waktu yang mengalir pelan.
Itulah yang kurasakan di kota lama itu. Tapi bukan kotanya yang membuatku ingin menulis. Melainkan perasaan sunyi yang menenangkan yang kini langka di dunia digital yang menuntut kita selalu cepat.
Mengapa Kita Selalu Terburu-buru?
Hidup kita hari ini seperti lomba tanpa garis akhir. Bangun pagi langsung cek HP. Jalan sambil nonton reels. Pikiran sibuk bahkan saat makan. Kita jadi terlatih untuk sibuk, tapi tidak terlatih untuk hadir.
Lalu datanglah satu momen: ketika kaki ini berhenti di depan jendela tua dengan kaca kusam. Aku melihat bayangan sendiri tampak letih, tapi seperti menemukan kembali sesuatu. Sesuatu yang entah kapan hilangnya.
Berjalan di kota tua seperti membaca buku kenangan. Setiap bangunan adalah cerita. Setiap jalan adalah pengingat bahwa dunia pernah lebih sederhana. Aku tak sedang mencari wisata, tapi sedang menemukan ulang keheningan.
Dan di sinilah kekuatan perjalanan: ia bukan soal destinasi, tapi soal refleksi diri di sela langkah.
Belajar Melambat: Bukan Lemah, Tapi Sadar
Melambat bukan berarti kita kalah. Justru di keheningan itulah kita benar-benar mendengar suara hati sendiri.
- Melambat adalah keberanian untuk tidak ikut-ikutan.
- Melambat adalah seni mengenal batas.
- Melambat adalah cara menyembuhkan.
Kita semua adalah musafir di kehidupan ini. Tapi bukan berarti kita harus selalu cepat. Karena ada hal-hal yang hanya bisa kita temukan ketika kita memperlambat langkah. Seperti yang kudapat di kota lama itu: rasa pulang yang tak harus kembali ke rumah, tapi cukup kembali ke diri sendiri.
"Dan mungkin, dalam sunyi itulah kita benar-benar bertemu."
Tips Kecil untuk Menemukan "Kota Lama" Versimu
Kalau kamu merasa hidupmu terlalu cepat dan melelahkan, mungkin saatnya kamu:
1. Ambil waktu untuk jalan kaki sendiri (tanpa earphone)
2. Kunjungi tempat yang punya sejarah - kota tua, desa kecil, atau museum
3. Bawa buku catatan dan tulis apapun yang kamu rasakan
4. Matikan notifikasi selama beberapa jam
5. Tanya dirimu sendiri: Apa yang sebenarnya aku cari?
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah singgah di Musafir Lalu.
Tinggalkan jejak pemikiran dan perasaanmu di kolom komentar.